Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa
A.
Perkembangan
Tasawuf Pada Abad Kesatu dan Kedua Hijrah
Menurut ibnu al jauzi dan khaldun, secara
garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi dua yaitu zuhud
dan tasawuf diakui bahwa keduanya merupakan istilah baru yang belum ada pada
masa Nabi Muhammad SAW. Dan tidak terdapat dalam Al-Qur’an, kecuali zuhud yang
disebut sekali dalam Surah Yusuf (12) ayat 20.[1]
1.
Aliran Madinah
Sejak masa
awal, di madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan menetapkan Rasulullah SAW. Sebagai panutan
kezuhudannya. Para sahabat dalam kehidupannya selalu mencontoh kehidupan
Rasulullah SAW. Yang serba sederhana dan hidupnya hanya diabdikan kepada
Tuhannya. Para sahabat tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Abu Bakar
Ash-Shiddiq (w. 13 H)
Abu
Bakar pada mulanya adalah seorang saudagar Quraisy yang kaya. Setelah masuk
islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana. Ketika menghadapi perang
Tabuk, Rasulullah SAW. Bertanya kepada para sahabat,”Siapakah yang bersedia
memberikanharta bendanya dijalan Allah SWT.?” Abu Bakar adalah orang pertama
yang menjawab, “Saya ya Rasulullah.” Akhirnya, Abu Bakar memberikan seluruh
harta kekayaannya untuk jalan Allah SWT. Melihat hal tersebut, Nabi Muhammad
SAW. Bertanya kepada Abu Bakar,”Apalagi yang tinggal untukmu, Wahai Abu Bakar?”
ia menjawab, “Cukuplah Bagiku, Allah dan Rasul-Nya.” Diriwayatkan bahwa selama
enam hari dalam seminggu, Abu Bakar selalu dalam kondisi lapar. Pada suatu
hari, Rasulullah SAW. Pergi kemasjid. Disana, beliau bertemu dengan Abu Bakar
dan Umar bin Khaththab, kemudian bertanya,”Mengapa Anda berdua sudah ada di
masjid?” kedua sahabat itu mejawab,”Karena menghibur lapar.”
Diceritakan pula bahwa Abu Bakar
hanya memiliki sehelai pakaian . ia berkata,”Jika seorang hamba begitu
dipesonakan oleh hiasan dunia, Allah SWT. Membencinya sampai meninggalkan
hiasan itu.” Oleh karena itu, Abu Bakar memilih takwa sebagai “pakaiannya”. Ia
menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati, santun, sabar, dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan ibadah dan zikir.
b.
Umar bin
Khaththab (w. 23 H)
Umar
bin Khaththab merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW terdekat dan khalifah kedua
Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun. Ia termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap
sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia selalu mengadaka pengamatan
langsung terhadap keadaan rakyatnya. Diceritakan bahwa setiap malam,ia pergi
berkeliling mengamati keadaan rakyatnya. Ia khawatir apabila ada di antara
mereka yang mengalami kesulitan, seperti sakit atas kelaparan.
Suatu
ketika, Umar mendapatkan seorang ibu yang berpura-pura memasak untuk meredakan
tangisan anak-anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar menyelidikinya, ia melihat
bahwa yang dimasak itu adalah batu. Umar bertanya kepada wanita itu,”mengapa
anda tidak memasak roti, tetapi hanya masak batu?” wanita itu menjawab,”Saya
tidak mempunyai gandum.” Mendengar jawaban wanita miskin tersebut, Umar
langsung pergi ke Baitul Mal mengambil gandum dengan memanggulnya sendiri
kemudian menyerahkannya kepada wanita miskin tadi.
Umar juga sangat takut mengambil harta kaum
muslim tanpa alasan yang kuat. Ia berpakaian sangat sederhana, bahkan tak
pantas untuk dipakai oleh seorang pembesar seperti dia. Umar meneladani sikap
Rasulullah SAW. Dalam seluruh kehidupannya. Prinsip hidup sederhana ini juga
diterapkan Umar dilingkungan keluarganya. Istri dan anak-anaknya dilarang
menerima pemberian dalam bentuk apa pun dari pembesar ataupun rakyatnya.
c.
Utsman bin
Affan (w.35H)
Utsman merupakan khalifah ketiga dan sahabat
yang sangat berjasa pada periode awal pengembangan ilsam, baik pada saat islam
dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Ya dijuluki Dzu
An-Nurain ( memiliki dua cahaya ) karenamenikah dgn dua orag puri Nabii
Muhammad SAW., yg bernama ruqayyah dan ummu kalsum.
Sebelum masuk islam utsman bin Affan
dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang. Kekayaannya berlimpah luah.
Setelah masuk islam, dengan penuh kerelaaannya, iya menyerahkan sebagian harta
kekayaannya untuk perjuangan islam dan membela orang-orang miskin dan yg
teraniyaya. Adapun dalam kehidupan kesehariannya, ia selalu hidup sederhana.
Dengan hal ini, jelaslah pada diri utsman terdapat jiwa-jiwa sufi yang tidak
tertarik pada kegemerlapan kekayaan dan kesenangan duniawi.
d.
Ali bin Abi
thalib ( W.40H )
Ali merupakan
khalifah keemat dari AL-khulafa’ Ar-Rasyidun ( empat khalifah besar ): orang
pertama yang masuk islam dari kalangnan anak-anak, sepupu nabi Muhammad SAW.
Yang kemudian menjadi menantunya. Ayahnya, Abu thalib bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abd manaf adalah kakak kandung nabi mhammad SAW., Abdullah bin
muthalib. Ibunya bernama Fatimah binti As’ad bin Hasyim bin Abd Manaf. Suatu
lahir, ia diberinama HAidarah oleh ibunya. Nama itu kemudian diganti oleh
ayahnya Ali.
Ali dikenal sangat sederhana dan
zahid dalam kehidupan sehari-hari tidak tanpa perbedaan dalam kehidupan rumah
tangganya antara sebelum dan sesudah diangkat sebagai khalifah, sehingga
diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya “ mengapa khalifah senang memakai baju itu,
padahal sudah robek-robek? “ ali menjawab,
“ aku senang memakainya agar menjadi teladan bagi orang banyak sehingga
mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan hidup mulia. “
siakp dan pertanyaan inilah yang menandakan dirinya seorang
sufi.
e.
Salaman
AL-Frisi ( W.32W )
Menurut
suatu riwayat salaman AL-farisi berasal dari Dihqan, sebuah desa di persia
(iran) diwilayah jaiy (jayan ), dekat Isfahan sumber lain menyebutkan bahwa ia
berasal dari Ramhurmuz. Nama aslinya adalah Mabeh ( mayeh).
Dikalangan hari tasawuf, salaman alfarizi dikenal sebagai
seorang sahabat yg suka hidup keras ( menderita) dan zuhud, bahkan dikatakan
termasuk ahl as-suffah ( penganut tasawut ) dan pendiri yang dikaruniai ilmu
laduni ( ilmu yang dianugrahkan Allah SWT. Kepada
orang-orang tertentu secara langsung, tanpa melalui proses belajar mengajar ).
Dikatatan juga bahwa ia adlah orang pertama yg melontarkan ide tentang khalifah
( wakil guru sufi ) dan nur Muhammad ia melontarkan pemikiran itu kepada sa’sa’
ah bin suhan, yg kemudian menegaskan bahwa khalifah manusia pertama adalah
Muhammad SAW. Lau Ali. Dikatakan bahwa ketika turun ayat;
وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْ عِدُ هُمْ
اَجْمَعِيْنَ
“dan sungguh, jahannam itu benar-benar (tempat)
yang telah dijanjikan untuk mereka (pengikut setan) semuanya.” (Q.S Al-Hijr
[15]:43]
Salman berteriak sambil meletakan
tangannya dikepala, sraya lari keluar selama tiga hari. Kejadian ini
ditafsirkan oleh ahli tasaawuf sebagai keadaan sedang mabuk dan fana’ ( tak sadar karena khusyuk), sehigga tidak
mendengar apapun dan hanya melihat dari tuhan.
f.
Abu Dzar Al-Ghifary (W. 22 H)
Ia adalah seorang sufi yang
selalu mengamalkan ajaran zuhud yg yang telah dirintis oleh Abu bakar dan Umar.
Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan tidak pernah meras menderita
apabila ditimpa cobaan. Bahkan, ia sangat senang menerima berbagai macam cobaan
dari Allah SWT. Karena menganggap bahwa cobaan itu merupakan perhatian tuhan
terhadapnya. Oleh karena itu, setia kali merasa dicoba oleh Allah SWT., ia
mengucapkan syukur dan tahmid. Zuhud sebagai bagian dari tasawuf apabila
diartikan sebagai kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia dengan tuhan
sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud
merupakan suatu stasiun (maqam) menuju tercapainya penjumpaan atau
ma’rifat pada-Nya.[2]
g.
Amar bin yasir (W.37H)
Ia adalah seorang sufi yang
sangat setia kepada khalifah ali bin abi thalib, sehingga terlihat ajaran
tasawufnya sama dgn ajaran tasawuf yg telah diamalkan oleh ali sebelumnya,
iapun termasuk salah seorang dari ahlus suffah yang pernah menyatakan bahwa
apabila amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, harta benda
kebanggaan bagi pemuka-pemuka masyarakat makkah yang telah diberantas oleh
agama islam. Menurutnya, seorang hamba yg menginginkan kemulian dari allah
SWT., harus menghiasi dirinya dgn amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari
kemewahan harta benda. Ii berarti tidak mengukangi sikap dan perilaku
orang-orang makkah yg telah diberantaskan oleh ajaran islam.
h.
Hudzaifah bin alyaman ( W.36H)
Ia juga salah seorang sufi yang
setia kepada ali bin abitalib, sebagaimana halnya amar bin yasir. Ia tergolong
sebagai alim yang bijaksana sehingga banyak orang yg datang belajar tasawuf
kepadanya.
Dalam mengajarkan tasawuf, ia selalu
mendapatkan bimbingan dari Ali, terutama cara mengajarkan ilmu kepada
murid-muridnya. Ali sering memerintakan agar tidak menerima sembarang orang
sebagai murinya dalam pengajaran tasawufsebab hal itu bisa berbahaya terhadap
murid-murid yg tidak mampu menerimanya menurut Ali, ilmu tasawuf merupakan ilmu
yang sangat tinggi. Oleh karena itu, orang yg akan diajarkan imu tersebut,
harus disesuaikan dgn kemampuan akal dan
perasaannya.
i.
Almiqdad bin Al aswad ( W. 33H)
Ia adalah seorang sufi yg
berpegang teguh padaajaran zuhud, Termasuk salah seorang ulama sufi yg sangat
menentang kebijakn politikn yg dijalankan oleh khalifah utsman srring
mengemukakan kekagumannya, dan memuji cara hidup miqdad, yang dinilainya
sebagai salah seorang ulama sufi yg terkemuka.
Kepopuleran nama miqdad bukan karena seringya menentang dan menunjukan
kesalahan utsman tetapi karena banyak muridnya yg menjadi ulama besar yg sering
menunjuka kelebihan gurunya, terutama ketekunannya dlm mengamalkan ajaran zuhud
kealimannya sangat memukau orang-orang yg pernah melihatnya, terutama dan
pegawai-pegawai pemerintahan ketika itu. Diantara tokoh-tokoh ulama sufi pada
masa tabi’in dari aliranmadinah:
(1)
Sa’id ibn Al musayyab ( W. 91 H )
Menurut ibnu khallikan,
ia dalah tokoh tabi’in kelas pertama sebab padanya terpadu hadist, piqh,
kezahidan, ibadah, dan sikap rendah hati. Mengenai keasketisan dalam masalah
harta, diriwayatkan bahwa ia ditawari uang sebanyak 35.000 dirham,tetapi
iamenjawab, “ aku tidak membutuhkannya, juga akun tidak membutuhkan bani marwan
sehingga aku bertemu Allah SWT. Yang akan memberikan putusan antara aku dan
mereka. “ dia memandang penguasa bani umayyah sebagai para tiran. Bahkan, ia
tidak mau berbai’at kepada ‘abdul malik bin marwan sehingga ia dicambuk 50X dan
dirak mengelilingi pasar-pasar dimadinah
(2)
Salim bin ‘abdullah
Salim hidup sezaman
dengan sa’id bin almusayyab. Mengenai kesederhanaanya, ia becerita, “ suatu
hari aku menemui alwalid bin ‘abdul malik. Walid bertanya, “ sehat benar
tubumu. Apa yang engkau makan” ? aku menjawab “ kue dan minyak “ walid berkata
lagi, kau makan dengan penuh selera ? “ aku menjawab, kue itu kubiarkan sampai
aku berselera memakannya. Alu aku telah berselera, barulah kue itu aku makan’.
“
Uraian ini menjelaskan bahwa aliran madinah berpegang teguh pada
asketisme dan kerendah hatian nabi muhammad SAW. Selain itu, aliran ini tidak
begitu terpengaruh oleh perubahan sosial yeng berlangsung pada dinasti
Amawiyyah, dan perinsip-perinsipnya tidak berubah sekalipun mendapat tekanan
dari penguasa. [3]
2.
Aliran bashrah
Louis massigonon mengemukakan bawa
pada abad kesatu dankedua terdapat dua aliran asketisme ISLAM yang menonjol,
yaitu basrah dan khufah. Diantar tokoh sufi yang menonjol dari aliran basrah.
a.
Al-hasan Al-bashry ( 22 H-110 H)
Nama lengkapnya adalah Al-hasan bin Abi Al-hasan Abu sa’id. Dia dilahirkan
dimadinah pada tahun 21 H/624 M dan meninggal di basrah pada tahun 110 H / 728
M. ia adalah putra zaid bin sabit, seorang budak yeng tertangkap di maisan,
kemudian menjadi sekretaris nabi Muhammad SAW. Ia memperoleh pendidikan di
basrah. Ia sempat bertemu sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW., termasuk tujuh
puluh diantara mereka adalah yang turut serta dalam perang badar.
Ia mendapatkan ajaran tasawuf
dari Huzaifah bin Al-yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap dn
perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari sehingga ia dikenal sebagai ulama
sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkadung dalam
ajaran islam dan sangat menguasai ilmu batin.
Memang banyak pengakuan yang
menyebutkan kelebihan dan keutamaan Hasan Al-basri dalam melaksanakn
ajaran-ajran agama, seperti yang dikatakan oleh Abu Qatadah, “ Bergurulah
kepada syekh ini! Saya sudah menyaksikan sendiri, tidaklah ada orang tabi’in
yang menyerupai sahabat Nabi Muhammad SAW., kecuali beliau.”
Dasar pendirian al-basri
adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahannya, hanya menuju kepada
Allah SWT., tawakal, khauf, dan raja’. Jangankan semata-mata takut kepada Allah
SWT., tetapi ikutilah ketakutan dgn pengharapkan. Takut akan murka-nya, tetapi
mengharapkan rahmat-nya. Kemudian, kita harus meninggalkan kenikmatan dunia
karena hal itu merupakan hijab (penghalang) dari keridaan Allah SWT.
b. Rabi’ah AL-adawiyah ( 96 H/713 M – 185 H /
801 M )
Nama lengkapnya adalah Ummu Al-khair rabi’ah binti
ismail Al-adawiyyah AL-Qisiyah. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskindi
bsrah pada tahun 96 H / 736 M. pada saat masih kanak-kanak, ia sudah ditinggal
mati oleh ayahnya sehinga pada saat remaja, ia dirundung keperihatinan.
Untuk melukiskan keperihatinan
rabi’ah, fariduddin attar (513 H /1119 M -627 H / 1230 M ) penyair mistik
Persia, menulis bahwa ia dilahirkan dirumah, yang tidak ada sesuatu pun yang
dapat dimakan dan yang dapat dijual. Malam gelap gulita karena minyak untuk
penerangan juga telah habis. Pada suatu hari; menjelang usia remajanya, ketiak
keluar rumah, ia ditangkap oleh penjahat dan dijual dengan harga 6 dirham.
Orang yang membeli rabi’ah menyuruhnya mengerjakan pekerjaan yang berat
memperlakukannya dengan bengis dan kasar. Rabi’ah tetap tabah menghadapi
penderitaannya. Pada siang hari melayani tuannya, dan pada mlm hari, ia
beribadah kepada Allah SWT., mendambakan ridanya. Pada suatu mlm, tuannya
terjaga dari tdur dan melalui jendela, ia melihat rabi’ah sedang sujud dan
berdo’a, ya Allah, engkau tau bahwa
hasrat hatiku adalah untuk mematuhi perintahmu ; jika aku dapat mengubah nasib
q ini, niscaya aku tidak akan beristirahat barang sebentarpun dari mengabdi
kepadamu.,” mnyaksikan eristiwa itu, si tuan merasa takut. Ia termenung
semalaman sampai terbit fajar. Pagi-pagi sekali, ia memanggi rabi’ah, bersikap
lunak kepdanya dan membebaskannya,
Setelah menikmati kebebasan,
rabi’ah menjalani kehidupan sufistik, beribadah dan ber-khalwat (menyepi),
lebih memilih kemiskinan daripada kegemerlapan kehidupan duniawi. Ia hidup
menyendiri, tidak menikah, dan enggan menerima bantuan matrill dari orang lain.
Dengan sikap dan kesalehannya, namanya sebagai orang suci dan pengkhotbah
semakin harum. Ia dihormati oleh orang-orang zuhud semasanya dan sering
dikunjungi untuk tukar-menukar pengalaman mengenai masalah kesufian. Para sufi
yang sering berkunjung , antara lainmalik bin dinar ( W. 171 H ) sufyan
Ats-Tsauri ( 97-161 H ) Syaqiq Al-balkhi. (W. 194 H/810 M ) dan lain-lain.
c. Malik bin dinar ( W. 131 H )
Ibnu khallikan menjelaskan malik adalah seorang ilmuan
yang asketis dan rendah hati. Bahkan, ia adalh seorang yang suka merendah dan
tidak mau makan, kecuali dari hasil kerjanya sendiri. Pekerjaannya adalah
menulis mushaf dan upah. Diantara ucapannya adalah “ ya tuhanku janganlah kau
masukan apapun kedalam rumah malik bin dinar.”
Asy-sya’rani mengemukakanbahwa
malik makan dari hasil kerja mengambil pelepah kurma. Dirumahnya tidak terdapat
apa-apa selain mushaf, kendi, dan tikar. Selain itu, diriwayatkan bahwa ia
pernah berkata , “ seandainya seseorang mempelajari ilmu untk diamalkan,
ilmunya akan berkembang. Akan tetapi, seandainya ia mempelajari ilmu bukan untk
diamalkan, ia akan bertambah keji, takabur, dan merendahkan orang awam.
Corak tasawuf emnonjol pada
aliran basrah adalah rasa takut yang berlebihan. Hal itu, menurut ibnu
taimiyyah karena danya kompetisi antara mereka dan para sufi kufah.
3. Aliran kufah
Aliran kufah bercorak idealistis,
menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, imajinasi alam puisi, dan harfiah dalam
hadist, mereka cenderung pada aliran syi’ah dan murji’ah. Itu terjadi karna
syi’ah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di kufah. Diantra
tokoh-tokohnyaadalah sbb :
a. Sufyan ats-tsaury (97 H /715 m-161 H /778
M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah sufayan bin sa’id
bin masruq ats-tsaury al-kuhfi. Ia dilahirkan di kuffah pada tahun 97 H/715 M,
dan meninggal di basrah pada tahun 161 H/ 778 M. dia adalah seorang tabi’in
pilihhan dan seorang zaid yang jarang ada tandingannya, bahkan merupakan
seorang ulama hadist terkenal,sehingga dalam merawikan hadis, dia dijuluki amir
al-mukmin fil hadis dia adalah ulama
mujahidin yang mempunyai mazhab sendiri , menurut riwayat Abu al-qasim
Al-junaid madzhabnya, madzhabnya bisa bertahan dua abad.
Suya
ats-tsaury selama hidufnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf, dan aktif mengajarkan
ilmu yang ada padanya. Ia pun selalu menyrukan kepada sesame ulama agar
menjauhkan dirinya darigodaan dunia yng sering membawa manusialupa mengabdikan
dirinya kepada tuhan.
Pendididkannya sangat teguh dan tidak mau mendekati penguasa, suatu
ketika, ia dipanggil menghadap oleh khalifah Al-mansur untuk
mempertanggungjawabkan sikapnya terhadap penguas. Ia tetap lantang pemicaraanya
terhadap khalifah sehingga orang menganggap bahwa iapasti dipenjara, tetapi hla
itu tidak terjadi.
Ia pernah
ditanya oleh seseorang yang berkata, ‘’ jika sufi yang ber-khalwat (menyepi)
untuk beribadah kepada Allha SWT, apakah yang akan dimakannya ?” beliau
menjawab’’ orang yang takut kepada Allah SWT, tidak akan khawatir apa pun yang
menimpanya. Seorang sufi harus bersaha sendiri unuk biaya hidupnya, sekedar
memperkuat fisiknya untuk beribadah kepada tuhannya. Seseorang tidak
bolehmemberatkan orang lain, termasuk tidak boleh mengemis makan dan minuman
b. Ar-Rabi’ bin khatsim (W67 H)
di antara ucapannya adalah,’’ Duh, saudaraku! Jadilah
pelindung dirimu sendiri. Kalau tidak , kamu akan hancur., ‘’ Aku suka
menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup.’’ Dia pun terkenal dengan dengan rasa
takutnya tehadap akhirat.Asy-sya’rani meriwayatkan bahwa apabila ada orang
pergi ke kuburan, Ar-rabi’ berkata, ‘ wahai penghuni kubur! Kami beserta
kalian.’’ Lalu, ia tidur semalaman dan paginya ia tampak seakan-akan baru
bangkit dari kuburnya.
c. Sa’id bin jubair (W95 H)
Sa’id termasuk tabi’in. ia wakaf terbunuh Al-hajjaj.
Mengenai kematiannya, ahmad bin hanbal berkata, ‘’ Al-hajjaj telah membunuh
sa’id bin jubair, padaha idak seorangpun dimuka bumi ini membutuhkan ilmunya. ‘’ sementaa itu, ibnu
khallikan meriwayatkan suatu dialog yang berlangsung antara sa’id dan
Al-hajjaj. Dari dialog tersebut tampak jelas kesufian, kerendah-hatian, dan
keberaniannya menghadap penguasa tiran. Suatu ketika Al-hajjaj bertanya,
‘’bagaimana pendapatmu tentang Ali bin Abithalib disurgakah atau dineraka ??’’
ia menjawab andaikan aku pernah memasukinya dan mengenal siapa disana, pasti
aku tau siapa saja mereka. ‘’ Al-hajjaj bertanya lagi, ‘’bagaimana pendapatmu tentang
para khalifah ?’’ ia menjawab , ‘’ aku bukanlah pengurus mereka. ‘’ Al-hajjaj
bertanya lagi, ‘’siapakah diantara mereka yang kau kagumi ,?? Ia menjawab, ‘’
yang paling meridakan penciptaku.’’
d. Thawus bin kisan ( W. 106 H )
Menurut ibnu khallikan, ia seorang faqih yang cakap
dan cerdas. Selain itu, ia dicintai para keturunan nabi Muhammad SAW. Ia pernah
memberi saran kepada umar bin abdul aziz. Keutamaanya diakuin malik bin anas.
Diantara ucapannya adalah , ‘’ orang yang menerima azab paling pedih pada hari
kiamat adalah menyekutukan Allah SWT. Dengan kekuasannya dan bertindak zalim.’’
4. Aliran mesir
Diantara tokoh-tokoh sufi aliran mesir di abad pertama
hijjriah adalah salim bin ‘Atar At-tajibi (W75 H), ‘’ Abdurrahman bin
hujairah ( W. 69 H ), nafi’ ( W 117 H ),
Al-laits bin sa’ad ( W 175 H ), hayyah
bin syuraih ( w. 158 H ), dan Abdullah bin wahab ( W. 197 H ).
Pada abad
pertama hijriah, ulama-ulama tasawuf hanya berada di beberapa kota yang tida
jauh dari kota madinah, seperti kota makkah, kufah, basrah dan kota-kota kecil
lainnya. Akan tetapi, pada abad kedua hijriah, ulama-ulama tersebut sudah
menyebar ke berbagai negri di wilayah kekuasaan islam. Klau pada abad pertama,
istilah sufi masih kurang dikenal oleh masyarakat islam.kecuali yang dikenalnya
dengan memberikan nama kepada ahli zuhud.
Cirri lain
yang terdapat pada perkembangan tasawuf pada abad pertama dan kedua hijriah
adalah kemurniannya dibandingkan dengan kemurnian tasawuf pada abad sesudahnya
yang sudah tercampuri ajaran filsafat beserta tradisi agama dan kepercayaan
yang dianut oleh manusia sebelum islam. Pada abad sesudahnya, terlihat adanya
perbedaan ajaran tasawuf dengan corak teologi dan falsafi. Semakin lama,
perbedaan ajarannya semakin jauh sehingga kecurigaan antara suatu penganut
tasawuf dengan lainnya semakin menonjol sehingga permusuhan diantara mereka
tidak bisa dielakan . ditambah lagi kecurigaan ahli fiqh terhadap tasawuf, baik
yang penganut tasawuf teologi lebih-lebih terhadap penganut tasawuf falsafi
Secara umum tasawuf pada abad
pertama dankedua hijriah memiliki karakteristik berikut.
1. Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi
demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka. Ide ini berakar dari
ajaran-ajaran Al-quran dan As-sunah dan
sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang bekembang dalam masyarakat
islam ketika itu.
2. Bercorak praktis. Para tokohnya tidak
menaruh perhatian untuk menyusun teoretis utas tasawuf. Sementara sarana-sarana
peraktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara penuh,
sedikit makan dan minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT., berlebihan
dalam merasa berdosa, tunduk mutlak terhadap kehendak Allah SWT., dan berserah
diri kepada-nya. Dengan demkian, tasawuf pada saat itumengarah pada tujuan
moral.
3. Motivasi taswufnya adalah rasa takut, yaitu
rasa takut yang muncul dari landasan keagamaan secara sungguh-sungguh.
Sementara, pada akhi abad kedua hijriah di tangan rabi’ah Al-Adawiyah, muncul
motivasi cinta kepada Allah SWT.
4. Ditandai dengan kedalaman membuat analisis
khususnya di khurasan yang dipandang sebagai pendahuluan tasawuf secara
teoretis.[4]
B. Abad ketiga dan keempat hijriah
1. Perkembangan tasawuf pada abad ketiga
hijriah
pada abad ketiga hijriah, hijriah terlihat adanya
peralihan konkret pada asketisme islam. Para asketis masa itu tidak lagi
dikenal dengan gelaran tersebut, tetapi lebih dikenal dgn butan sufi. Mereka
pun cenderung memperbincangkan konsep-konsep sebelumnya tidak dikenal, misalnya
tetntang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang
penempuh jalan menuju Allah SWT. Yang dikenal dgn istilah tingkatan (maqam) dan
keadaan ( hal), makrifat dan metode-metodenya, tauhid, pana’, penyatuan atau
hulul.
Selain itu
merekapun menyusun prinsip-prinsip teoretis dari semua konsep diatas. Bahkan,
mereka menyusun aturan-aturan peraktis bagi tarekat mereka. Merekapun mempunyai
bahsa simbolis khusus yang hanya dikenal dalam kalangan mereka, yang asing bagi
kalangan luar mereka. Sejak saat itulah, munccul karya-karya tentang tasawuf.
Para penlis pertama dalam bidang ini adalah Al-muhasibi ( W 243 H ), Al-kharaz
( W 277 H) , Al-hakim At-tirmidzi ( W 285 H), dan AL-junaid ( W 297 H ). Mereka
adalah para sufiabad ketiga hijriah.
Dapat dikatan
bahwa abad ketiga adalah awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti
yangluas. Selain itu, karakteristik tasawuf, sebagaimana telah dikemukakan,
mulai tampak jelas. Kondisi ini tetap berlangsung sampai abad keempat sehingga
tasawuf keuda abda ini bisa dipandang sebagai tasawuf yang perkembangannya
telah mencapai kesempurnaa.
Menurut
At-taftazani etrdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga dan keempat .
pertama, aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat ( tasawuf suni).
Tawawfnya selalu menurunjuk pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Kedua, aliran, para
sufi yang terpesona oleh keadaan-keadaan fana’ ( tasawuf semifilosopis ).
Tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ini antara lain :
a. Abu Sulaiman Ad-Darani ( W.15 H )
Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman bin utbah
Ad-Darani.dia lahir didaran, sebuah kampong dikawasan damaskus. Ia meninggal
pada tahun 215 H / 830 M. dia adalah murid ma’ruf dan merupkan tokoh sufi yang
terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’.
Dalam sejarah,
Ad-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas ma’rifah dan hakikah. Ath-Thusi dalam kitabnya
Al-lima’ berkomentar, “ andaikan dulu aku tahu bahwa di mekah ada seorang tokoh
yang bisa mengajarkanku ilmu tersebut ( ma’rifah ) sekaliun hanya sekalimat,
niscaya aku datangi dia dengan walaupun berjalan kaki walau jauhnya seribu
farsakh sehingga aku bisa menyimaknya.
b. Ahmad bin Al-hawary Ad-Damasqiy ( W 230 H)
Ia dilahirkan didamaskus dan dikenal oleh penduduk
negeri syam ( siria ) sebagai ilmu pesikologi dan ahlak. Ia merupakan salah
seorang murid sufyan bin uyainah dan sahabat dekat abu sulaiman Ad-Darani.
Ktika salah seorang bertanya kepadanya tentang ilmu ahlak debgan cara yang
sopan, ia menguraikan keterangannya, yang didahului dengan perkataan, “ perbuatan
ini tidak ( dapat dikatakan baik ) sampai tampak kebaikan ahlakmu.
c. Dzu
An-nun Al-misri ( 155 H / 770 M – 245 H / 860 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Al-faid sauban bin ibrahim
Dzu-Anun Al-misri. Dia lahir di Ekhmim yang terletak dikawasan mesir hulu pada
tahun 155 H / 770 M. pada tahun 214 H / 829 M, dia ditakap dngan dituduhan
membuat bida’ah dan dikirim kekota bakhdad untuk dipenjarakan disana. Setelah
diadili, khalifah memerintahkan agar ia dibebaskan dan dikembalikan ke kairo.
Dikota ini ia meninggal tahun 245 H / 860 M. ajaran tasawuf yang dianutnya
cenderubg bercorak filsafat kimia sehingga ia ;pernah dituduh oleh fuqaha mesir
sebagai orang zindiq.
d. Abu yazid Al-bustami ( W 261 H / 875 M )
Ketika abu yazid masih kecil, ia bernama taifur, dan
ketika itu mulai tampak kegemarannya untuk belajar berbagai ilmu pengetauhan.
Ia mulai belajar ilmu piqih dari ulama yang bermazhab hanafi. Adapun imu tauhid
udan ilmu tasawuf yang didapatkan dari gurunya yang bernama Abu Ali As-Sindy,
sangat bertentangan dengan paham sunni sehingga ia dan murid-muridnya selalu
diancam hukuman atas permintaan ulama-ulama sunni kepada pemgias pemerintahan
ketika itu.
e. Junaid Al-baghdai ( W. 298 H )
Nama lengkapnya adalah abu alkasim al-junaid bin
mhammad Al-khazzaz An-nihawandi. Dia adalah seorang putra barang pecah belah
dan keponakan surri As-saqti serta teman akrab Haris Al-muhasibi.dia meninggal
di Baghdad pada tahun 297 H / 910 M.
Dia termasuk
seorang tokoh sufi yang luar biasa, teguh dalam menjalankan syariat agama, sangat
mendalam jiwa kesufiannya. Dia dia adalah seorang yang sangat faqih, sering
memberi fatwa sesuai mazhab yang dianutnya, madzhab abu tsauri, serta teman
akrab imam as-syafi’i.
Diantara
ucapan-ucapannya yang mengandung tasawuf antara lain, “ tuhan menuangkan
kebajikannya kedalam hati seseorang yang selalu menyediakan ingatan kepadanya.
Oleh karena itu engkau jangan melihat kesalahan hatimu. Sebab, lupa tuhan lebih
menakutkan daripada masuk neraka.
f. Al-hallaj ( lahir tahun 244 H / 838 M )
Nama lengkapnya adalah Husain bin manshur bin Muhammad
Al-hallaj. Ia dilahirkan disebuah desa bernama “thur” dekat desa baidha’ di
Persia.dalam sejarah tasawuf dia dikenal dengan kegigihannya mempertahankan
pendapat, terutama filsafah al-hulul yang dianutnya sehingga melahirkan
pernyataan yg menyatakan “ anal haq “ ( saya adalah tuhan perkataan itulah
mengundang perotes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun yang berbeda dengan
pahamnya menuduh Al-hallaj. Ketika ditanya di pengadilan tentang filsafah
hululnya, ia berkata, “ memang anasir manusia tetap sebagaimana semula, tidak
bercampur dgn dzat tuhan.
2. Perkembangan tasawuf pada abad keempat
hijriah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang
lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk
mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Kota Baghdad sebagainya
satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang paing besar
sebelum masa itu, mulai tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untung mengembangkan ajaran tasawuf
diluar kota Baghdad, dipelopori oleh bebrapa ulama ulama yang terkenal
kealimannya, antara lain:
1. Musa Al-anshary; mengajarkan ilmu tasawuf
di khurasan ( Persia atau iran ), dan wafat disana pada tahun 320 H.
2. Abu hamid bin Muhammad Ar-Rubazy ;
mengajarkannya disalah satu kota di mesir, dan wafat disana pada tahun 322 H.
3. Abu zaid Al-adamy ; mengajarkan
disemananjung Arabia, dan wafat disana pada tahun 314 H.
4. Abu ali Muhammad bin abdi wahhab As-saqafy;
mengajarkannya di naisabur dan kota syaraz, hingga ia wafat pada tahun 328 H.
Sekalipun demikian, perkembangan tasawuf di
berbagai negeri dan kota tidak mengurangi perkembangan tasawuf dikota Baghdad.
Bahkan, penulisan kitab-kitab tasawuf disana sudah dimulai bermunculan,
misalnya Qut Al-qulub fi mu’amalah Al-mahbud wa washf thariq Al-murid ila makam
At-tauhid fi at-tassawuf, yang dikarang oleh abu thalib al-makky, meninggal di
Baghdad pada tahun 386 H.
Dalam pengajaran ilmu tasawuf di berbagai
negeri dan kota, para ulama menggunakan sistem tarekat, sebagaimana yang
dirintis oleh ulama tasawuf pendahulunya. Sistem tersebut berupa pengajaran
dari seorang guru terhadap murid-mridnya yang bersifat teoretis serta bimbingan
langsung mengenai cara pelaksanaanya yang disebut suluk dalam ajaran tasawuf.
Sistem pelajaran tasawuf Yng disebut tarekat, diberinama dengn
dinisbatkan kepada nama penciptanya ( gurunya), atau sering pula dinisbatkan
pada lahirnya keiatan tarekat itu.
Cirri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur
filsafat yang memengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang
tersebar dikalangan umat islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak
permulaan daulah abbasiyah. Padaabad ini pula, mulai dijelaskannya perbedaan
ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat
macam, yaitu :
a. Ilmu syariah
b. Ilmu tariqah
c. Ilmu haqiqah
d. Ilmu ma’rifah
Kumpulan pengetahuan tentang syariah melalui
tariqah untuk mencapai haqiqah,
dinamakan ma’rifah. Apabila seseorang telah menjalani tariqah yang seimbang
dengan syariah lahir dan batin untuk menuju tujuan tertentu dalam tasawuf,
insya Allah, tercapailah kondisi mental yang menciptakan istilah insane kamil (
manusia sempurna ) yang selalu dekat dengan tuhannya yang disebut waliyullah,
yaitu orang yang selalu mendapatkan limpahan karunia ilahi sehingga sanggup
melakukan perbuatan yang luar biasa yang dinamakan keramat ( alkaramah).[5]
C. Abad Kelima Hijriah
Pada abad kelima, aliran tasawuf sunni
terus tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, aliran tasawuf semifilosofis mulai
tenggelam dan baru muncul kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada
pribadi-pribadi para sufi yang juga filsuf abad keenam dan setelahnya.
Tenggelamnya
aliran tasawuf semifilosofis pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran
teologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah karena keunggulan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari
(w.324 H) atas aliran-aliran lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap
keekstreman terhadap tasawuf Abu Yazid Al Bustami dan Al-Hallaj ataupun para
sufi lain yang ungkapan-ungkapannya ganjil, termasuk kecamannya terhadap semua
bentuk berbagai penyimpanan lainnya. Oleh Karena itu, tasawuf pada abad kelima
cenderung mengadakan pembaruan, yaitu dengan mengembalikannya pada landasan
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun tokoh-tokoh pada abad ini sebagai berikut:
a. Al-Qusyairi (376-465 H)
b. Al-Harawi (lahir 396 H)
c. Al-Ghazali (450-405 H) [6]
D. Abad Keenam, Ketujuh, Dan Keelapan Hijriah
1. Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam
Hijriah
a. As-Suhrawardi Al-Maqtul (w. 587H/1191M)
b. Al-Ghaznawy (w. 545 H/ 1151 M)
2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh
Hijriah
a. Ibnu Faridh
b. Ibnu Sabi’in
c. Jalaludin Ar-Rumy
1. Perkembangan Tasawuf Abad Kedelapan Hijriah
Dengan terlewatinya abad ketujuh hijriah
hingga memasuki abad kedelapan, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran
baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan
pemikirannya tentang ilmu tasawuf , mereka kurang mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari umat islam sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran
tasawuf ketika itu, hampir sama dengan nasibnya pada abad sebelumnya.
Pengarang-pengarang
kitab tasawuf pada abad ini antara lain:
a. Al-Kisany (w. 739 H/1321 M)
b. Abdul Karim Al-Jily, pengarang kitab Al-insan
Al-Kamil.
2. Abad Kesembilan dan Kesepuluh Hijriah serta
Sesudahnya
Dua factor yang sangat menonjol yang
menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia islam, yaitu:
a. Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan
dikalangan masyarakat islam sebab banyak di antara mereka yang terlalu
menyimpang dan ajaran islam yang sebenarnya, misalnya tidak lagi menjalankan
shalat karena mereka sudah mencapai tingkat ma’rifat;
b. Penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani
sudah menguasai seluruh negeri islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme,
selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan jaran tasawuf yang sangat
bertentangan dengan pahamnya.
Masa kejayaan tidak pernah dicapai hingga sekarang. Sekalipun demikian,
ajarannya tetap hidup karena merupakan suatu unsure dari ajaran islam, tetapi
kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai
tujuannya. [7]
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawauf. Bandung: CV.Pustaka Setia.2010
Santosa, Budi.Membumikan Ajaran-Ajaran Langit. Wisdom Institute
Publisher.
Nasution, Ahmad Bangun dan Siregar, Rayani Hanum. Akhlak Tasawuf.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Amin, Samsul Munir.Ilmu Tasawuf.Jakarta:Amzah.2012
http://sejarah-perkembangan-tasawuf.
[1] Samsul Munir
Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta:Amzah.2010).Halaman 128
[2] Budi Santosa, membumikan Ajaran-Ajaran Langit pendalaman aspek aqidah dan
akhlak. Halaman 93
[4] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung pustaka Setia, 2010).halaman 171-177
[5] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung pustaka Setia, 2010).halaman 177-183
[6] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung pustaka Setia, 2010).halaman 183-187
[7] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung pustaka Setia, 2010).halaman 187-194